Kota Cimahi, Suara Muda News.Com - Muhammad Nur Huda (19), siswa kelas 11 SMKN 1 Cimahi, memilih menjadi pengemudi ojek online (ojol) bukan karena terpaksa, tetapi karena ingin mandiri dan membantu orang tua. Sejak SMP, Huda sudah bercita-cita mencari penghasilan sendiri.
"Saya sudah berunding dengan orang tua, ingin punya penghasilan sendiri. Lihat teman yang sudah punya akun ojol, saya jadi terinspirasi. Waktu itu saya belum punya SIM, jadi baru bisa mulai setelah punya modal sedikit dan bikin SIM," ujar Huda, Rabu (31/1/25).
Menjalani pekerjaan sebagai ojol di tengah kesibukan sekolah bukan hal mudah. Huda harus pandai mengatur waktu agar tidak mengganggu pendidikannya.
"Senin sampai Jumat pulang sekolah jam 3 sore, istirahat 30 menit, lalu langsung narik sampai jam 12 malam. Kalau libur, biasanya bisa lebih lama. Tapi kalau ada kegiatan penting selain sekolah, saya nggak narik dulu," tuturnya.
Sebagai pengemudi ojol, penghasilannya pun tidak menentu.
"Kadang sehari bisa dapat Rp100 ribu, kadang cuma Rp50 ribu. Tergantung saldo dan orderan juga. Kalau lagi jauh, misalnya ke Parongpong atau Banjaran, biasanya orang tua suka nelpon kalau sudah larut malam," kata Huda.
Siti Khotimah (43), ibu dari Huda, mengaku perasaannya bercampur aduk. Sedih, haru, sekaligus bangga melihat kegigihan anaknya.
"Sebenarnya ini masih tanggung jawab orang tua, bukan anak. Tapi Huda pernah bilang mau bantu mamah, pengen meringankan beban di rumah. Saya tidak pernah memaksa, ini memang keinginan dia sendiri," ujar Siti.
Keinginan Huda untuk bekerja sudah ada sejak SMP. Ia bahkan pernah mencoba meminjam akun ojol teman atau saudara untuk mencari pengalaman.
"Dulu dia sempat nge-GoFood pakai akun teman, tapi kalau pinjam kan harus ngasih rokok atau apa. Akhirnya diam-diam dia nabung buat bikin akun sendiri," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Sebagai ibu, Siti selalu merasa khawatir setiap kali anaknya pergi mengojek, apalagi sampai larut malam.
"Kalau sudah lewat Maghrib, saya mulai was-was. Takut ada apa-apa di jalan, seperti begal atau kecelakaan. Setiap menit saya WhatsApp, ingetin hati-hati di jalan," katanya.
Meski begitu, Siti tetap mendoakan dan mendukung keputusan anaknya.
"Saya hanya bisa berdoa semoga Huda sukses. Setiap hari saya merasa prihatin, hati saya menangis melihat anak yang seharusnya masih ditanggung orang tua malah ikut membantu keluarga. Tapi saya juga bangga, karena dia tetap mengutamakan sekolahnya," tuturnya.
Huda tidak hanya menginspirasi keluarganya, tetapi juga teman-teman di lingkungannya. Anak-anak Karang Taruna di RW 04 bahkan salut dan ingin mengikuti jejaknya.
"Harapan saya, semoga apa yang dilakukan Huda bisa jadi motivasi bagi anak-anak lainnya. Dia menunjukkan bahwa anak muda harus mandiri dan tidak menyusahkan orang tua," kata Siti.
Siti awalnya tidak mengizinkan Huda menjadi ojol karena takut sekolahnya terganggu. Namun, setelah melihat kegigihannya, ia akhirnya merestui.
"Biarlah dia cari pengalaman dan belajar mandiri. Saya hanya bisa mendukung dan berdoa yang terbaik untuknya," pungkasnya. (Reni)