CIMAHI- SUARAMUDANEWS.COM- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi meminta agar masyarakat Kota Cimahi, mewaspadai adanya penyakit penyerta, selama musim kemarau dan cuaca dingin hingga 16 derajat Celcius.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Cimahi, Dwihadi Isnalini menjelaskan, dalam cuaca ekstrem, kemarau dan udara dingin akan berakibat penyakit penyerta seperti diare, muntaber, influenza, batuk dan pilek, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Penyakit mata, radang tenggorokan dan tifus.
Berdasarkan hasil penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena suhu udara dingin ini disebabkan oleh angin monsun Australia yang bertiup menuju Indonesia melewati perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut lebih rendah.
Maka dari itu Sejak pertengahan Juli 2024, Indonesia mengalami cuaca dingin ekstrem meski sedang musim kemarau. Suhu udara dingin terasa di berbagai wilayah, terutama di Bandung Raya, meski tidak ada hujan.
Walaupun Kondisi panas di siang hari dan dingin di malam hari, hal ini dapat menurunkan daya tahan tubuh, membuat penyakit mudah muncul.
“Biasanya, dalam cuaca ekstrem saat ini, akan muncul beberapa penyakit penyerta, berkembang bersamaan dengan musim kemarau, dan cuaca dingin saat ini,” ucap Dwihadi, Rabu (17/7/2024).
Lebih lanjut, Dwihadi juga menjelaskan, fenomena ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir musim kemarau.
Berbagai penyakit penyerta yang harus diwaspadai, oleh masyarakat Kota Cimahi, selama musim kemarau dan udara dingin, penyakit penyerta tersebut seperti, diare, muntaber, influenza, batuk dan pilek, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit mata, radang tenggorokan, hingga tifus.
Penyakit-penyakit ini biasanya muncul akibat kurangnya pasokan air bersih dan tercemarnya air dengan bakteri e-coli,” jelasnya.
Bahkan lebih rinci, menurut Dwihadi, akibat adanya kemarau, dan cuaca dingin tersebut, sehingga munculnya penyakit penyerta, semua disebabkan kurangnya pasokan air bersih (krisis air bersih) yang terbatas.
“Akibat dari kurangnya pasokan air bersih tersebut, membuat virus dan bakteri terkonsentrasi pada air yang tersedia. Selain itu, kondisi kemarau dengan kelembaban udara juga meningkatkan risiko penyakit,” ungkap Dwihadi.
Dengan adanya angin kencang dan suhu udara rendah berakibat dapat menurunkan daya tahan tubuh.
“Udara lembap, angin kencang, dan cuaca dingin yang berlebihan dapat menurunkan daya imun tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Kita perlu waspada bersama,” tambah Dia.
Satu cara untuk menghindari berbagai macam penyakit penyerta tersebut, Dwihadi menyarankan kepada masyarakat Kota Cimahi untuk melakukan langkah antisipasi, seperti mencukupi kebutuhan air minum harian, menggunakan masker, dan mengonsumsi vitamin.
“Karena langkah-langkah ini dapat dilakukan sejak dini untuk menghindari penyakit. Selain itu, aktif berolahraga dan istirahat yang cukup juga penting untuk menjaga kondisi tubuh. Menjaga kesehatan sangat penting, terutama bagi masyarakat yang rentan terhadap perubahan suhu ekstrem,” imbau Dwihadi.
Jadi saran Dwihadi selanjutnya, masyarakat Kota Cimahi tetap dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Makan makanan yang bergizi dan higienis.
Dwihadi juga meinta kepada Masyarakat, bila ada gejala-gejala penyakit penyerta tersebut, agar sesegera mungkin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat, agar mendapatkan penanganan lebih dini.
“Bila ada masyarakat merasakan ada gejala dari salah satu penyakit penyerta tersebut, agar segera cari penanganan medis, jangan dibiarkan lebih parah lagi, serta mendapatkan diagnosa awal dari gejala yang muncul sehingga cepat tertangani,” saran Dwihadi. (Bagdja)